1.1. Auksin
Istilah auksin diberikan pada
sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi
utama mendorong pemanjangan kuncup
yang sedang berkembang. Beberapa
auksindihasikan secara alami oleh
tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA
(Phenylacetic acid),
4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric
acid) dan beberapa lainnya merupakan
auksin sintetik, misalnya NAA (napthalene
acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic
acid) dan MCPA (2-methyl-4
chlorophenoxyacetic acid) .
Istilah auksin juga digunakan untuk
zat kimia yang meningkatkan perpanjanganauksin
koleoptil; walaupun demikian, pada
kenyataannya mempunyai fungsi ganda pada
Monocotyledoneae maupun pada
Dicotyledoneae. Auksin alami yang berada di dalam
tumbuhan, adalah asam indol asetat
(IAA=Indol Asetic Acid), akan tetapi, beberapa
senyawa lainnya, termasuk beberapa
sintetisnya, mempunyai aktivitas seperti auksin.
Nama auksin digunakan khususnya
terhadap IAA. Walaupun auksin merupakan
hormon tumbuhan pertama yang
ditemukan, namun masih banyak yang harus dipelajari
tentang transduksi sinyal auksin dan
tentang regulasi biosintesis auksin. Kenyataan
sekarang mengemukakan bahwa auksin
diproduksi dari asam amino triptopan di dalam
ujung tajuk tumbuhan.
Pengaruh IAA terhadap pertumbuhan
batang dan akar tanaman kacang kapri.
Kecambah yang diberi perlakuan IAA
menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih
besar (kanan) dari tanaman kontrol
(kurva hitam). Tempat sintesis utama auksin pada
tanaman yaitu di daerah meristem
apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di tunas
ujung tersebut diangkut ke bagian
bawah dan berfungsi mendorong pemanjangan sel
batang. IAA mendorong pemanjangan sel
batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu
0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut
IAA akan menghambat pemanjangan sel batang.
Pengaruh menghambat ini kemungkinan
terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi
mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT
lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh
berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan
pertumbuhan batang, pada akar, konsentrasi
IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu pemanjangan sel-sel akar, sedangkan
konsentrasi
IAA yang tinggi menghambat
pemanjangan sel akar. Sehingga dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi
dengan konsentrasi yang berbeda
menimbulkan pengaruh yang berbeda
pada satu sel target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi
tertentu dapat memberikan pengaruh yang
berbeda pada sel-sel target yang
berbeda.
Peranan Auksin
a. Auksin Di Dalam Perpanjangan Sel
Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin.
Pada saat auksin
bergerak dari ujung tunas ke bawah ke
daerah perpanjangan sel, maka hormon auksin
mengstimulasi pertumbuhan sel,
mungkin dengan mengikat reseptor yang dibangun di
dalam membran plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan
hanya pada kisaran konsentrasi
tertentu; yaitu antara : 10-8 M sampai
10-4 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi;
auksin akan menghambat perpanjangan
sel, mungkin dengan menginduksi produksi
etilen, yaitu suatu hormon yang pada
umumnya berperan sebagai inhibitor pada
perpanjangan sel.
Berdasarkan suatu hipotesis yang
disebut hipotesis pertumbuhan asam
(acid growth hypothesis), pemompaan
proton membran plasma memegang
peranan utama dalam respon
pertumbuhan sel terhadap auksin. Di daerah
perpanjangan tunas, auksin menstimulasi pemompaan
proton membran plasma, dan
dalambeberapa menit; auksin
akan meningkatkan potensial membran (tekanan
melewati membran) dan menurunkan
pH di dalam dinding sel (Gambar 2).
Pengasaman dinding sel ini, akan mengaktifkan enzim yang
disebut ekspansin;
yang memecahkan ikatan hidrogen
antara mikrofibril sellulose, dan melonggarkan
struktur dinding sel. Ekspansin dapat
melemahkan integritas kertas saring yang dibuat
dari sellulose murni.
Penambahan potensial membran, akan
meningkatkan pengambilan ion ke dalam
sel, yang menyebabkan pengambilan air
secara osmosis. Pengambilan air, bersama
dengan penambahan plastisitas dinding
sel, memungkinkan sel untuk memanjang.
Auksin juga mengubah ekspresi gen
secara cepat, yang menyebabkan sel dalam
daerah perpanjangan, memproduksi
protein baru, dalam jangka waktu beberapa menit.
Beberapa protein, merupakan faktor
transkripsi yang secara menekan ataupun
mengaktifkan ekspresi gen lainnya.
Untuk pertumbuhan selanjutnya,
setelah dorongan awal ini, sel akan membuat
lagi sitoplasma dan bahan dinding
sel. Auksin juga menstimulasi respon pertumbuhan
selanjutnya.
b. Auksin dalam Pembentukan Akar
Lateral dan Akar Adventif
Auksin digunakan secara komersial di
dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan
melalui stek. Suatu potongan daun,
maupun potongan batang, yang diberi serbuk
pengakaran yang mengandung auksin,
seringkali menyebabkan terbentuknya akar
adventif dekat permukaan potongan
tadi.
Auksin juga terlibat di dalam
pembentukan percabangan akar. Beberapa peneliti
menemukan bahwa dalam mutan Arabidopsis,
yang memperlihatkan perbanyakan akar
lateral yang ekstrim ternyata
mengandung auksin dengan konsentrasi 17 kali lipat dari
konsentrasi yang normal.
c. Auksin Sebagai Herbisida
Auksin sintetis, seperti halnya
2,4-dinitrofenol (2,4-D), digunakan secara meluas
sebagai herbisida tumbuhan. Pada
Monocotyledoneae, misalnya : jagung dan rumput
lainnya dapat dengan cepat
menginaktifkan auksin sintetik ini, tetapi pada
Dicotyledoneae tidak terjadi, bahkan
tanamannya mati karena terlalu banyak dosis
hormonalnya. Menyemprot beberapa
tumbuhan serialia ataupun padang rumput dengan
2,4-D, akan mengeliminir gulma
berdaun lebar seperti dandelion.
d. Efek Lainnya Dari Auksin
Selain untuk menstimulasi
perpanjangan sel dalam pertumbuhan primer; auksin
juga mempengaruhi pertumbuhan
sekunder, termasuk pembelahan sel di dalam
kambium pembuluh, dan dengan mempengaruhi differensiasi
xylem sekunder.
Biji yang sedang berkembang mensintesis
auksin, untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan buah di dalam tumbuhan. Auksin sintetik yang disemprotkan
ke
dalam tanaman tomat anggur akan
menginduksi perkembangan buah tanpa
memerlukan pollinasi. Hal ini
memungkinkan untuk menghaslkan tomat tanpa biji,
melalui substitusi auksin sintetik,
pada auksin yang disintetis secara normal, pada biji
yang sedang berkembang.
1.2 Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang
mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa
macam sitokinin merupakan sitokinin
alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa
lainnya merupakan sitokinin sintetik.
Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang
tumbuh aktif terutama pada akar,
embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar
selanjutnya diangkut oleh xilem
menuju sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga menemukan
bahwa sitokinin dapat meningkatkan
pembelahan, pertumbuhan dan
perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga
menunda penuaan daun, bunga dan buah
dengan cara mengontrol dengan baik proses
kemunduran yang menyebabkan kematian
sel-sel tanaman. Penuaan pada daun
melibatkan penguraian klorofil dan
protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut
oleh floem ke jaringan meristem atau
bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya.
Daun kacang jogo (Phaseolus
vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair dapat ditunda
penuaannya beberapa hari apabila
disemprot dengan sitokinin. Sitokinin
juga dapat
menghambat penuaan bunga dan buah.
Penyemprotan sitokinin pada bunga potong
dilakukan agar bunga tersebut tetap
segar.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola
pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas
lateralnya tumbuh bersamaan dengan
tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini
merupakan hasil interaksi antara
auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dan
diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di
kuncup terminal kemudian diangkut ke
bagian bawah tumbuhan. Auksin
cenderung
menghambat aktivitas meristem
lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem
apikal sehingga membatasi
pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut
dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di
bagian bawah tajuk (daerah yang
berdekatan dengan akar) biasanya akan
tumbuh memanjang dibandingkan dengan
tunas aksilar yang terdapat dekat
dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio
sitokinin terhadap auksin yang lebih
tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan
sitokinin juga merupakan salah satu cara
tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan
akar dan tunas, misalnya jumlah akar
yang banyak akan menghasilkan
sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan
konsentrasi sitokinin ini akan
menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam
jumlah yang lebih banyak. Interaksi
antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT
tumbuhan lainnya.
Peranan Sitokinin
a. Pengaturan pembelahan sel dan
diferensiasi sel
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan
yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada
akar, embrio, dan buah. Sitokinin
yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke
jaringan yang dituju, dengan bergerak
ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem.
Bekerja bersama-sama dengan auksin;
sitokinin menstimulasi pembelahan sel
dan mempengaruhi lintasan
diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di
dalam kultur jaringan, memberikan
petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini
berfungsi di dalam tumbuhan yang
lengkap.
Ketika satu potongan jaringan
parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai
sitokinin, maka selnya itu tumbuh
menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin
secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi,
apabila sitokinin itu ditambahkan
bersama-sama dengan auksin, maka sel
itu dapat membelah.
b. Pengaturan Dominansi Apikal
Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya
berinteraksi dalam mengontrol dominasi
apikal, yaitu suatu kemampuan dari
tunas terminal untuk menekan perkembangan
tunas aksilar.
Sampai sekarang, hipotesis yang
menerangkan regulasi hormonal pada
dominansi apikal, yaitu hipotesis
penghambatan secara langsung, menyatakan bahwa
auksin dan sitokinin bekerja secara
antagonistis dalam
mengatur pertumbuhan
tunas aksilari.
Berdasarkan atas pandangan ini,
auksin yang ditransportasikan ke bawah tajuk
dari tunas terminal, secara langsung menghambat
pertumbuhan tunas aksilari. Hal ini
menyebabkan tajuk tersebut menjadi
memanjang dengan mengorbankan percabangan
lateral.
Sitokinin yang masuk dari akar ke
dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan
kerja auksin, dengan mengisyaratkan
tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio
auksin dan sitokinin merupakan faktor
kritis dalam mengontrol penghambatan tunas
aksilar.
Banyak penelitian yang konsisten
dengan hipotesis penghambatan
langsung ini. Apabila tunas terminal yang
merupakan sumber auksin utama
dihilangkan, maka penghambatan tunas
aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi
menyemak.
Aplikasi auksin pada permukaan
potongan kecambah yang terpenggal, akan
menekan kembali pertumbuhan tunas
lateral. Mutan yang terlalu banyak memproduksi
sitokinin, atau tumbuhan yang diberi
sitokinin, juga bertendensi untuk lebih menyemak
dibanding yang normal.
c. Efek Anti Penuaan
Sitokinin, dapat menahan penuaan
beberapa organ tumbuhan, dengan
menghambat pemecahan protein, dengan
menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan
dengan memobilisasi nutrien dari
jaringan di sekitarnya.
Apabila daun yang dibuang dari suatu
tumbuhan dicelupkan ke dalam larutan
sitokinin, maka daun itu akan tetap
hijau lebih lama daripada biasanya. Sitokinin juga
memperlambat deteorisasi daun pada
tumbuhan utuh.
Karena efek anti penuaan ini, para
floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk
menjaga supaya bunga potong tetap
segar.
1.3 Giberelin
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang
(Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa
cendawanGibberella fujikuroi mengeluarkan
senyawa kimia yang menjadi penyebab
penyakit tersebut. Senyawa kimia
tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para
peneliti menemukan bahwa giberelin
dihasilkan secara alami oleh tanaman yang
memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit
rebah kecambah ini akan muncul pada saat
tanaman padi terinfeksi oleh cendawan
Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa
giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat
lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang
biasanya disingkat sebagai GA. Setiap
GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya,
misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama
pada
tumbuhan dikotil), ujung akar dan
tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA
yang diproduksi oleh tumbuhan adalah
dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan
prekursor untuk menjadi bentuk aktif.
Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15
macam GA. Disamping terdapat pada
tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan
paku, tetapi tidak pernah dijumpai
pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem
dan floem, tidak seperti auksin
pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting
pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor
pada sintesis GA. Kemampuannya untuk
meningkatkan pertumbuhan pada tanaman
lebih kuat dibandingkan dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila
diberikan secara tunggal. Namun
demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit
tetap dibutuhkan agar GA dapat
memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan
sebagian kecil tumbuhan monokotil akan
tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi
tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer
misalnya pinus. Jika GA diberikan
pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa
mencapai 2 m.Banyak tanaman yang
secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah
diberi GA. Efek giberelin tidak hanya
mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi
perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Pada
beberapa tanaman pemberian GA bisa
memacu pembungaan dan mematahkan
dormansi tunas-tunas serta biji.
Peranan Giberellin
a. Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah tempat
utama yang memproduksi gibberellin.
Gibberellin menstimulasi pertumbuhan
pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya
dalam pertumbuhan akar sedikit. Di
dalam batang, gibberellin menstimulasi
perpanjangan sel dan pembelahan sel.
Seperti halnya auksin, gibberellin
menyebabkan pula pengendoran dinding sel,
tetapi tidak mengasamkan dinding sel.
Satu hipotesis menyatakan bahwa; gibberellin
menstimulasi enzim yang mengendorkan
dinding sel, yang memfasilitasi penetrasi
protein ekspansin ke dalam dinding
sel.
Di dalam batang yang sedang tumbuh,
auksin, mengasamkan dinding sel dan
mengaktifkan ekspansin; sedangkan
gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin ke
dalam dinding sel untuk bekerja sama
dalam meningkatkan perpanjangan sel.
Efek gibberellin dalam meningkatkan
perpanjangan batang, adalah jelas, ketika
mutan tumbuhan tertentu yang kerdil,
diberi gibberellin. Beberapa kapri yang kerdil
(termasuk yang dipelajari oleh
Mendel), tumbuh dengan ketinggian normal bila diberi
gibberellin. Apabila gibberellin
diaplikasikan ke tumbuhan yang ukurannya normal,
seringkali tidak memberikan respon.
Nampaknya, tumbuhan tersebut sudah
memproduksi dosis hormon yang
optimal.
Suatu contoh yang paling menonjol,
dari perpanjangan batang yang telah diinduksi oleh
gibberellin; adalah terjadinya
pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting, yaitu
pertumbuhan tangkai bunga yang cepat.
Pada saat tumbuhan berubah ke fase reproduktif, maka terjadi ledakan
gibberellin yang menginduksi internodus menjadi memanjang dengan
cepat, sehingga
kuncup bunga menjadi tinggi dan berkembang pada ujung batang.
b. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun
gibberellin hendaknya selalu
tersedia untuk mengatur pertumbuhan buah.
Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu
dengan menyemprot anggur ‘Thompson’ menjadi tanpa
biji (Gambar 6) adalah sangat
penting.
Hormon, menjadikan buah anggur secara individu
tumbuh lebih besar, sesuai
dengan ukuran yang diinginkan konsumen; dan juga
menjadikan ruas (internodus) lebih
panjang, sehingga lebih banyak tempat bagi
tiap-tiap buah anggur untuk berkembang.
Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan
sirkulasi udara antara buah anggur
yang satu dengan yang lainnya; juga menjadikan
buah anggur lebih keras, sehingga
tahan terhadap jamur serta mikroorganisme lainnya
yang akan menginfeksi buah
c. Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin.
Setelah air diimbibisi, terjadi
pelepasan gibberellin dari embrio, yang
mengisyaratkan biji untuk memecahkan
dormansi dan segera berkecambah.
Pada beberapa biji yang memerlukan kondisi
lingkungan khusus untuk
berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahaya
atau temperatur yang dingin, maka
pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi.
Gibberellin, membantu
pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan
menstimulasi sintesis enzim
pencerna seperti -amilase, yang memobilisasi cadangan makanan.
Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung
antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan
embrio. Sebagai contoh, air yang
tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan
embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong
perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji.
Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT
lainnya misalnya dengan asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar