Selasa, 16 April 2013

PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)


1.1. Auksin
Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi
utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa
auksindihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA
(Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric
acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (napthalene
acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4
chlorophenoxyacetic acid) .
Istilah auksin juga digunakan untuk zat kimia yang meningkatkan perpanjanganauksin
koleoptil; walaupun demikian, pada kenyataannya mempunyai fungsi ganda pada
Monocotyledoneae maupun pada Dicotyledoneae. Auksin alami yang berada di dalam
tumbuhan, adalah asam indol asetat (IAA=Indol Asetic Acid), akan tetapi, beberapa
senyawa lainnya, termasuk beberapa sintetisnya, mempunyai aktivitas seperti auksin.
Nama auksin digunakan khususnya terhadap IAA. Walaupun auksin merupakan
hormon tumbuhan pertama yang ditemukan, namun masih banyak yang harus dipelajari
tentang transduksi sinyal auksin dan tentang regulasi biosintesis auksin. Kenyataan
sekarang mengemukakan bahwa auksin diproduksi dari asam amino triptopan di dalam
ujung tajuk tumbuhan.
Pengaruh IAA terhadap pertumbuhan batang dan akar tanaman kacang kapri.
Kecambah yang diberi perlakuan IAA menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih
besar (kanan) dari tanaman kontrol (kurva hitam). Tempat sintesis utama auksin pada
tanaman yaitu di daerah meristem apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di tunas
ujung tersebut diangkut ke bagian bawah dan berfungsi mendorong pemanjangan sel
batang. IAA mendorong pemanjangan sel batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu
0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel batang.
Pengaruh menghambat ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi
mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh
berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan pertumbuhan batang, pada akar, konsentrasi
IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasi
IAA yang tinggi menghambat pemanjangan sel akar. Sehingga dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi dengan konsentrasi yang berbeda
menimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu sel target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan pengaruh yang
berbeda pada sel-sel target yang berbeda.
Peranan Auksin
a. Auksin Di Dalam Perpanjangan Sel
Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin. Pada saat auksin
bergerak dari ujung tunas ke bawah ke daerah perpanjangan sel, maka hormon auksin
mengstimulasi pertumbuhan sel, mungkin dengan mengikat reseptor yang dibangun di
dalam membran plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan hanya pada kisaran konsentrasi
tertentu; yaitu antara : 10-8 M sampai 10-4 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi;
auksin akan menghambat perpanjangan sel, mungkin dengan menginduksi produksi
etilen, yaitu suatu hormon yang pada umumnya berperan sebagai inhibitor pada
perpanjangan sel.
Berdasarkan suatu hipotesis yang disebut hipotesis pertumbuhan asam
(acid growth hypothesis), pemompaan proton membran plasma memegang
peranan utama dalam respon pertumbuhan sel terhadap auksin. Di daerah
perpanjangan tunas, auksin menstimulasi pemompaan proton membran plasma, dan
dalambeberapa menit; auksin akan meningkatkan potensial membran (tekanan
melewati membran) dan menurunkan pH di dalam dinding sel (Gambar 2).
Pengasaman dinding sel ini, akan mengaktifkan enzim yang disebut ekspansin;
yang memecahkan ikatan hidrogen antara mikrofibril sellulose, dan melonggarkan
struktur dinding sel. Ekspansin dapat melemahkan integritas kertas saring yang dibuat
dari sellulose murni.
Penambahan potensial membran, akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam
sel, yang menyebabkan pengambilan air secara osmosis. Pengambilan air, bersama
dengan penambahan plastisitas dinding sel, memungkinkan sel untuk memanjang.
Auksin juga mengubah ekspresi gen secara cepat, yang menyebabkan sel dalam
daerah perpanjangan, memproduksi protein baru, dalam jangka waktu beberapa menit.
Beberapa protein, merupakan faktor transkripsi yang secara menekan ataupun
mengaktifkan ekspresi gen lainnya.
Untuk pertumbuhan selanjutnya, setelah dorongan awal ini, sel akan membuat
lagi sitoplasma dan bahan dinding sel. Auksin juga menstimulasi respon pertumbuhan
selanjutnya.
b. Auksin dalam Pembentukan Akar Lateral dan Akar Adventif
Auksin digunakan secara komersial di dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan
melalui stek. Suatu potongan daun, maupun potongan batang, yang diberi serbuk
pengakaran yang mengandung auksin, seringkali menyebabkan terbentuknya akar
adventif dekat permukaan potongan tadi.
Auksin juga terlibat di dalam pembentukan percabangan akar. Beberapa peneliti
menemukan bahwa dalam mutan Arabidopsis, yang memperlihatkan perbanyakan akar
lateral yang ekstrim ternyata mengandung auksin dengan konsentrasi 17 kali lipat dari
konsentrasi yang normal.
c. Auksin Sebagai Herbisida
Auksin sintetis, seperti halnya 2,4-dinitrofenol (2,4-D), digunakan secara meluas
sebagai herbisida tumbuhan. Pada Monocotyledoneae, misalnya : jagung dan rumput
lainnya dapat dengan cepat menginaktifkan auksin sintetik ini, tetapi pada
Dicotyledoneae tidak terjadi, bahkan tanamannya mati karena terlalu banyak dosis
hormonalnya. Menyemprot beberapa tumbuhan serialia ataupun padang rumput dengan
2,4-D, akan mengeliminir gulma berdaun lebar seperti dandelion.
d. Efek Lainnya Dari Auksin
Selain untuk menstimulasi perpanjangan sel dalam pertumbuhan primer; auksin
juga mempengaruhi pertumbuhan sekunder, termasuk pembelahan sel di dalam
kambium pembuluh, dan dengan mempengaruhi differensiasi xylem sekunder.
Biji yang sedang berkembang mensintesis auksin, untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan buah di dalam tumbuhan. Auksin sintetik yang disemprotkan ke
dalam tanaman tomat anggur akan menginduksi perkembangan buah tanpa
memerlukan pollinasi. Hal ini memungkinkan untuk menghaslkan tomat tanpa biji,
melalui substitusi auksin sintetik, pada auksin yang disintetis secara normal, pada biji
yang sedang berkembang.


1.2 Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa
macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa
lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang
tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar
selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan
pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga
menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses
kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun
melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut
oleh floem ke jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya.
Daun kacang jogo (Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair dapat ditunda
penuaannya beberapa hari apabila disemprot dengan sitokinin. Sitokinin juga dapat
menghambat penuaan bunga dan buah. Penyemprotan sitokinin pada bunga potong
dilakukan agar bunga tersebut tetap segar.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas
lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini
merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di
kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung
menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem
apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut
dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang
berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan
tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio
sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara
tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar
yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan
konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam
jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT
tumbuhan lainnya.
Peranan Sitokinin
a. Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada
akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke
jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem.
Bekerja bersama-sama dengan auksin; sitokinin menstimulasi pembelahan sel
dan mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di
dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini
berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap.
Ketika satu potongan jaringan parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai
sitokinin, maka selnya itu tumbuh menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin
secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan
bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah.
b. Pengaturan Dominansi Apikal
Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi
apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal untuk menekan perkembangan
tunas aksilar.
Sampai sekarang, hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal pada
dominansi apikal, yaitu hipotesis penghambatan secara langsung, menyatakan bahwa
auksin dan sitokinin bekerja secara antagonistis dalam mengatur pertumbuhan
tunas aksilari.
Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang ditransportasikan ke bawah tajuk
dari tunas terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas aksilari. Hal ini
menyebabkan tajuk tersebut menjadi memanjang dengan mengorbankan percabangan
lateral.
Sitokinin yang masuk dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan
kerja auksin, dengan mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio
auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam mengontrol penghambatan tunas
aksilar.
Banyak penelitian yang konsisten dengan hipotesis penghambatan
langsung ini. Apabila tunas terminal yang merupakan sumber auksin utama
dihilangkan, maka penghambatan tunas aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi
menyemak.
Aplikasi auksin pada permukaan potongan kecambah yang terpenggal, akan
menekan kembali pertumbuhan tunas lateral. Mutan yang terlalu banyak memproduksi
sitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga bertendensi untuk lebih menyemak
dibanding yang normal.

c. Efek Anti Penuaan
Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa organ tumbuhan, dengan
menghambat pemecahan protein, dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan
dengan memobilisasi nutrien dari jaringan di sekitarnya.
Apabila daun yang dibuang dari suatu tumbuhan dicelupkan ke dalam larutan
sitokinin, maka daun itu akan tetap hijau lebih lama daripada biasanya. Sitokinin juga
memperlambat deteorisasi daun pada tumbuhan utuh.
Karena efek anti penuaan ini, para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk
menjaga supaya bunga potong tetap segar.

1.3 Giberelin
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa
cendawanGibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab
penyakit tersebut. Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para
peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan secara alami oleh tanaman yang
memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini akan muncul pada saat
tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa
giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang
biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya,
misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada
tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA
yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan
prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15
macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan
paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem
dan floem, tidak seperti auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor
pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman
lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila
diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit
tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan
tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer
misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa
mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah
diberi GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Pada
beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan
dormansi tunas-tunas serta biji.

Peranan Giberellin
a. Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah tempat utama yang memproduksi gibberellin.
Gibberellin menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya
dalam pertumbuhan akar sedikit. Di dalam batang, gibberellin menstimulasi
perpanjangan sel dan pembelahan sel.
Seperti halnya auksin, gibberellin menyebabkan pula pengendoran dinding sel,
tetapi tidak mengasamkan dinding sel. Satu hipotesis menyatakan bahwa; gibberellin
menstimulasi enzim yang mengendorkan dinding sel, yang memfasilitasi penetrasi
protein ekspansin ke dalam dinding sel.
Di dalam batang yang sedang tumbuh, auksin, mengasamkan dinding sel dan
mengaktifkan ekspansin; sedangkan gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin ke
dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel.
Efek gibberellin dalam meningkatkan perpanjangan batang, adalah jelas, ketika
mutan tumbuhan tertentu yang kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri yang kerdil
(termasuk yang dipelajari oleh Mendel), tumbuh dengan ketinggian normal bila diberi
gibberellin. Apabila gibberellin diaplikasikan ke tumbuhan yang ukurannya normal,
seringkali tidak memberikan respon. Nampaknya, tumbuhan tersebut sudah
memproduksi dosis hormon yang optimal.
Suatu contoh yang paling menonjol, dari perpanjangan batang yang telah diinduksi oleh
gibberellin; adalah terjadinya pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting, yaitu
pertumbuhan tangkai bunga yang cepat.
Pada saat tumbuhan berubah ke fase reproduktif, maka terjadi ledakan
gibberellin yang menginduksi internodus menjadi memanjang dengan cepat, sehingga
kuncup bunga menjadi tinggi dan berkembang pada ujung batang.
b. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun gibberellin hendaknya selalu
tersedia untuk mengatur pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu
dengan menyemprot anggur ‘Thompson’ menjadi tanpa biji (Gambar 6) adalah sangat
penting.
Hormon, menjadikan buah anggur secara individu tumbuh lebih besar, sesuai
dengan ukuran yang diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas (internodus) lebih
panjang, sehingga lebih banyak tempat bagi tiap-tiap buah anggur untuk berkembang.
Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi udara antara buah anggur
yang satu dengan yang lainnya; juga menjadikan buah anggur lebih keras, sehingga
tahan terhadap jamur serta mikroorganisme lainnya yang akan menginfeksi buah
c. Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin. Setelah air diimbibisi, terjadi
pelepasan gibberellin dari embrio, yang mengisyaratkan biji untuk memecahkan
dormansi dan segera berkecambah.
Pada beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahaya atau temperatur yang dingin, maka
pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi. Gibberellin, membantu
pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan menstimulasi sintesis enzim
pencerna seperti -amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang
tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar